Tak kalah penting keputusan politik dan perilaku pemilih juga perlu dicermati, karena psikologi politik juga berusaha menjelaskan bagaimana keputusan politik dibuat oleh individu dalam konteks pemilu atau pemilihan umum. Ini mencakup penelitian tentang bias kognitif, seperti efek bandwagon (ikut arus) atau efek priming, di mana informasi yang diterima sebelumnya dapat memengaruhi keputusan seseorang dalam memilih kandidat atau kebijakan tertentu.
Dalam konteks yang lebih ekstrem, psikologi politik juga mengeksplorasi bagaimana individu atau kelompok menjadi radikal dan terlibat dalam konflik politik atau terorisme. Teori psikologi sosial sering digunakan untuk memahami dinamika ini, termasuk peran pemimpin karismatik, proses dehumanisasi, dan dinamika kelompok yang dapat memicu kekerasan atau perlawanan ekstrem.
Terakhir, psikologi politik juga memfokuskan perhatian pada sifat-sifat pemimpin politik dan bagaimana kepribadian, gaya kepemimpinan, serta kebutuhan emosional mereka dapat memengaruhi kebijakan dan gaya pemerintahan. Ini mencakup analisis karakteristik psikologis pemimpin yang sukses, serta faktor-faktor yang dapat membuat mereka rentan terhadap penyalahgunaan kekuasaan atau kejatuhan politik.
Pada akhirnya secara keseluruhan, psikologi politik menawarkan perspektif yang menarik dan penting untuk memahami dinamika politik yang lebih dalam. Dengan meneliti motivasi, emosi, dan faktor psikologis lainnya, disiplin ini memberikan wawasan yang lebih kaya tentang bagaimana individu dan kelompok bertindak dalam dunia politik. Selain itu, dengan semakin kompleksnya lanskap politik global dan teknologi yang berkembang pesat, psikologi politik akan terus menjadi bidang yang relevan dalam menganalisis interaksi antara psikologi manusia dan kekuasaan politik. (*)
Catatan :
Penulis adalah Pendiri & Pemimpin Redaksi INFOPlus.id, Psikolog & Pengamat Kepolisian, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
Penulis bisa dihubungi via E-mail : tugimin.supriyadi@gmail.com