Oleh : Tulus Wardoyo, S.Pd., M.Pd (Guru BK SMA Negeri 1 Semarang)
Indonesia mengalami krisis pada kasus bullying yang terjadi pada saat ini, khususnya yang terjadi pada remaja di sekolah.pada satu sisi, Bullying menjadi hal yang dianggap biasa dikarenakan pelaku terkadang tidak sadar sedang melakukan perundungan, nyatanya bagi korban merupakan hal yang sangat mengganggu bahkan pada kesehatan mentalnya.
Pada era merdeka belajar ini bahkan perundungan menjadi fokus utama dan merupakan dosa utama dari pendidikan yang harus segera dihapuskan. Banyak contoh yang terjadi dikalangan pelajar yang melakukan bullying sehingga menyebabkan kerugian bahkan tidak hanya bagi korban namun pelaku.
Korban akan memiliki kecemasan dan ketakutan yang berpengaruh pada konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa tidak aman.
Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri (commited suicide). Bullying berdampak pada kesehatan mental terutama pada anak-anak dan remaja.
Pelaku yang melakukan pembullyan bisa memberi pengaruh buruk pada kesehatan fisik dan mental korbannya. Bagi pelaku juga tentunya banyak hal yang berakibat negatif seperti akan dikucilkan di masyarakat, tidak disukai orang lain dan adanya distorsi moral dalam diri.
Mengingat begitu kompeleks dampak yang ditimbulkan dari bullying tersebut maka perlu adanya langkah preventif (pencegahan) agar hal tersebut tidak terjadi dilingkungan sekolah. Salah satu yang bisa melakukan langkah preventif tersebut yaitu guru BK melalui komponen layanan dasar berupa layanan Bimbingan kelompok dengan topik tugas “No More Bullying” dengan menggunakan teknik sosiodrama.
Bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik sosiodrama bisa menjadi salah satu langkah yang bisa diterapkan untuk mencegah terjadinya bullying, karena dalam bimbingan kelompok yang dibahas adalah topik atau isu-isu yang sedang marak terjadi, dan diharapkan dalam kegiatan kelompok tersebut bisa saling bertukar pendapat dan bertukar pengalaman terkait topik yang dibahas, sedangkan teknik sosiodrama itu mengajak anggota kelompok untuk merasakan secara langsung melalui drama yang sudah disiapkan sebelumnya sehingga anggota kelompok bisa membayangkan kondisi atau situasi secara nyata, dengan harapan anggota kelompok bisa mengantisipasi apabila disuatu saat nanti terjadi pada dirinya.