Semarang – INFOPlus. Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau biasa disapa Mbak Ita kembali menegaskan komitmennya terhadap pemerataan pembangunan di Kota Semarang.
Lewat sejumlah program yang diluncurkan, komitmen Mbak Ita tersebut diharapkan mampu mewujudkan Kota Semarang sebagai kota metropolitan baru yang berkelanjutan.
Program Kota Semarang menuju pemerataan pembangunan kota metropolitan baru yang berkelanjutan yang digagas Mbak ini di antaranya adalah:
Rp1 Miliar per Kelurahan: Strategi Pemerataan Pembangunan Kota Semarang
Mbak Ita mengungkapkan salah satu strategi mewujudkan pemerataan pembangunan yakni dengan meluncurkan program alokasi dana Rp 1 miliar untuk setiap kelurahan.
Sesuai dengan tujuannya, program ini dirancang untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antara pusat kota dan kawasan pinggiran, dengan mengutamakan kebutuhan spesifik setiap wilayah, seperti infrastruktur dasar, pengentasan kemiskinan, dan mitigasi risiko bencana.
Kelurahan Tambaklorok, Semarang Utara menjadi simbol nyata keberhasilan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah.
Investasi besar dalam revitalisasi kawasan ini telah menciptakan lingkungan yang lebih produktif dan kondusif bagi masyarakat pesisir, sekaligus menjadi contoh bagaimana sinergi pemerintah dan warga dapat membuahkan hasil yang optimal.
Transformasi UMKM: dari Lokal ke Pasar Global
Sejalan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ekonomi, Pemkot Semarang memprioritaskan pengembangan UMKM lokal untuk memasuki pasar global.
Melalui program link and match dan inkubasi bisnis di PLUT, UMKM mendapatkan pelatihan manajemen, pendampingan teknologi, dan akses ke pasar internasional.
“Kami tidak hanya ingin UMKM bertahan, tetapi mampu mendunia,” ungkap Mba Ita belum lama ini.
Dengan pendekatan ini, produk lokal Kota Semarang kini semakin kompetitif, menjangkau pangsa pasar yang lebih luas dengan kualitas yang sesuai standar global.
Infrastruktur Hijau dan Solusi Ketahanan Pangan
Pemkot Semarang juga terus memperkuat pembangunan infrastruktur hijau sebagai solusi menghadapi perubahan iklim. Normalisasi sungai kini disertai dengan urban farming dan penciptaan ruang terbuka hijau untuk mendukung ketahanan pangan.
“Infrastruktur tidak lagi sekadar untuk memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga menciptakan ekosistem berkelanjutan,” kata Mba Ita lagi.
Selain itu, pembangunan jalan dilakukan dengan mengintegrasikan elemen lingkungan yang ramah iklim, seperti jalur hijau dan ruang pejalan kaki yang nyaman, untuk mengurangi jejak karbon.