Semarang – INFOPlus. Kolaborasi Pemkot Semarang dan Badan Riset Inovasi Nasional di bidang ketahanan pangan sukses menanam dan panen bawang merah jenis lokananta dan maserati.
Inovasi demi inovasi di bidang ketahanan pangan terus dikembangkan Pemkot Semarang. Usai sukses panen padi biosalin, Pemkot Semarang sukses panen bawang merah hasil kolaborasi dengan BRIN.
Panen bawang merah ini dilakukan di lahan demplot Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen, Jumat (8/11) Dalam kegiatan tersebut, ada dua varietas bawang merah yang dipanen, yaitu jenis lokananta dan maserati.
“Alhamdulillah, hari ini saya bersama-sama dengan Pak Waka BRIN melakukan kegiatan yang sangat luar biasa. Kolaborasi ini sudah berlangsung sejak mulai penanaman, penyemaian benih sampai perawatan dan juga sekarang panen,” tutur Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Perempuan yang akrab disapa Mbak Ita tersebut menjelaskan keistimewaan kedua varietas ini ditanam tidak menggunakan umbi seperti bawang pada umumnya. Melainkan menggunakan sistem semai benih. Meski demikian, ukuran bawang yang dihasilkan juga relatif lebih besar dibandingkan dengan bawang merah yang ada di pasaran.
“Menurut riset BRIN ini adalah satu hektar bisa kalau istilahnya tuh Proliga (Produksi Lipat Ganda) gitu ya. Satu hektarnya ini (menghasilkan) 20 ton, di mana tentu akan memberikan keuntungan, khususnya bagi petani,” kata Mbak Ita.
Penanaman bawang lokananta dan maserati dengan menggunakan teknologi true shallot seed (TSS) juga terbukti menghemat biaya sekitar Rp5 juta per hektar. Sedangkan penanaman dengan umbi membutuhkan biaya Rp50 juta per hektar.
Pemkot Semarang berkomitmen untuk terus mengembangkan sektor pertanian sekaligus menjamin kesejahteraan para petani. Mbak Ita juga mengajak perusahaan-perusahaan agar mengarahkan program CSR-nya untuk mendukung pengembangan sektor pertanian.
“Kami juga akan mengeluarkan peraturan wali kota yang saat ini sedang dikaji untuk memberikam bea siswa kepada anak-anak petani sehingga bapak ibunya ini bisa lebih konsentrasi menghasilkan produk-produk pertanian,” kata dia.
Wakil Kepala BRIN, Amarullah Octavian menyampaikan bahwa smart farming yang saat ini baru dimulai dari sistem pengairan ke depannya juga akan diterapkan pada aspek lain.
Menurut Amarullah, penerapan pertanian dengan teknologi canggih dapat menjadi daya tarik untuk meningkatkan minat generasi muda agar mau berkecimpung di sektor pertanian sehingga terjadi regenerasi petani.
“Ya hasil riset sekarang kita coba untuk diterapkan dalam kerja sama dengan Pemkot Semarang. Jadi misalnya tadi lahan satu hektar, nanti bisa kita coba untuk tingkatkan bisa setara dengan 5 hektar, 10 hektar. Yang penting itu bagaimana teknologi yang diterapkan,” imbuh dia. (Adv) []