Semarang – INFOPlus. Wakil Menteri Dalam Negeri atau Wamendagri Bima Arya Sugiarto melakukan tinjauan di beberapa titik irigasi sawah yang terkena dampak normalisasi Sungai Beringin, Kota Semarang, Selasa (31/12).
Dalam kesempatan tersebut, Wamendagri Bima Arya berbincang langsung dengan para petani dan mendengarkan keluh kesah mereka.
Khayat, salah satu petani Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, mengaku normalisasi Sungai Beringin memberi dampak bagi area sawah di sekitarnya. Sawah miliknya mengalami kekeringan dan tak bisa ditanami padi.
“Dampaknya karena tidak ada air jadi tidak bisa ditanami, kalau gagal panen kan bisa nanam tapi tidak bisa panen. Nah ini kan tidak bisa nanam,” ujar Khayat.
Seharusnya, sawah Khayat seluas 2,5 hektar bisa ditanami dua kali dalam setahun. Namun karena dampak normalisasi sungai Beringin dirinya tak dapat menanam padi.
“Satu tahun seharusnya bisa dua kali tanam, itu kalau ada pengairan. Sejak ini dibangun (normalisasi sungai Beringin) kerugiannya bisa mencapai Rp 50 juta per musim,” kata dia.
Khayat mengaku ingin kementerian mencarikan solusi agar air bisa masuk dan mengairi sawahnya.
“Kami inginnya agar air itu bisa masuk ke sawah. Selama ini kami pakai bendungan dari karung pasir, jadi kalau ada banjir hilang karungnya. Itu sebenarnya sejak dulu, tapi setelah pembangunan ini malah semakin parah,” terangnya.
“Keinginan petani agar bisa dibuatkan bendungan permanen, supaya air bisa mengalir ke sawah. Setiap tahun kami bahkan mengeluarkan Rp 25 jutaan untuk membendung air pakai karung pasir agar air mengalir ke irigasi. Jadi petani urunan,” sambung Khayat.
Tak hanya para petani dari Kelompok Tani Margo Utomo Mangkang Wetan saja yang terdampak, kelompok tani lain di kelurahan Mangunharjo juga terdampak.
“Ini terdampak 40 hektar di Mangkang Wetan, di Mangunharjo ada 40 hektar. Jadi fungsi Sungai Beringin ini untuk menanggulangi banjir dan mengairi sawah. Tapi pelebaran dari BBWS tidak memikirkan untuk irigasinya,” tutur dia.
“Harapan kami dibuatkan bendungan, gak usah tinggi-tinggi yang penting air bisa mengalir ke sana (sawah).”
Mendengar keluhan itu, Wamendagri, Bima Arya Sugiarto secara langsung melihat titik-titik yang diusulkan untuk dilakukan perbaikan irigasinya.
“Ini satu contoh di masa lalu bahwa paradigmanya berbeda. Jadi ada kebutuhan mengatasi banjir tapi kemudian berdampak pada saluran irigasi pertanian yang menyebabkan airnya berkurang bahkan mati. Sehingga selama tiga tahun terakhir menurut laporan petani mereka tidak lagi panen,” kata dia.