Semarang – INFOPlus. Kota Semarang mulai bertransformasi menjadi kota metropolitan. Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi Semarang sebagai kota metropolitan.
Kabid Perencanaan Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah Bappeda Kota Semarang, Sugeng Hartanto mengungkapkan sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025-2045, Kota Semarang ditarget bisa menjadi kota metropolitan yang menyediakan infrastruktur layak huni dan berkelanjutan.
Sebagai kota metropolitan, Kota Semarang akan menghadapi sejumlah tantangan. Di antaranya persoalan pertumbuhan penduduk. Sugeng menyebut pada siang hari penduduk di Kota Semarang akan bertambah menjadi 2,5 juta sebagai konsekuensi pusat kegiatan dan ekonomi dari wilayah hinterland.
“Sehingga Pemkot berupaya bisa memberikan layanan bagi 2,5 juta orang, tidak hanya penduduk yang ada sebanyak 1,6 juta,” bebernya saat jadi narasumber FGD Coffee Morning Wartawan di Sitroom Gedung Balai Kota Semarang, Kamis (7/11).
Tantangan lainnya terkait pengelolaan sampah dan limbah, serta membangun konektivitas wilayah, utamanya di titik-titik macet seiring perkembangan kota.
“Sehingga fokus pemkot lima tahun ke depan adalah mengatasi persoalan tersebut, selain juga menambah daya dukung dan daya tampung untuk hunian yang memadai,” kata dia.
“Juga memenuhi untuk akses sarana pelayanan pendidikan, dan kesehatan. Apalagi pertumbuhan kota didorong menjadi aktivitas ekonomi sektor jasa dan perdagangan yang akan naik, sedangkan untuk industri yang mulai turun,”imbuh Sugeng.
Selain itu, Pemkot juga tengah menyelesaikan pembangunan normalisasi aliran sungai untuk menangani banjir dan rob. Seperti Kali Plumbon dan Kali Tenggang, guna mengurangi dampak bencana banjir dan rob saat musim hujan, terutama di wilayah pesisir.
Pj Sekda Kota Semarang, Muhammad Khadik dalam sambutannya mengungkapkan secara umum ada lima pekerjaan rumah Pemkot Semarang selama lima tahun ke depan.
Pertama, yakni masalah pertumbuhan penduduk. Sehingga Pemkot berkomitmen menyediakan fasilitas infrastuktur yang lebih memadai.
Kemudian masalah lingkungan imbas perubahan iklim yang bisa berdampak pada bencana alam, seperti banjir, rob maupun tanah longsor. Untuk itu, kata Khadik, perlu adaptasi dengan memperkuat mitigasi guna menghadapi bencana.
“Selanjutnya, masalah digitalisasi dan transformasi untuk meningkatkan daya saing bagi pasar UMKM. Kemudian masalah peningkatan SDM yang kualitas menjadi fondasi emas di tahun 2045, termasuk penanganan stunting, perbaiki gizi, sekolah gratis, menyiapkan generasi muda di era digitalisasi,” terang dia.