Semarang – INFOPlus. Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti temukan perbedaan harga bahan pangan di pasar tradisional dan pasar modern. Pihaknya siap melakukan intervensi atas perbedaan harga yang terjadi.
Wali Kota Semarang Agustina melakukan pantauan harga kebutuhan pokok jelang Lebaran di Pasar Jatingaleh dan swalayan Superindo Jalan Sultan Agung. Hasil pantauan memperlihatkan ada perbedaan harga antara dua pusat perbelanjaan tersebut.
Uniknya, harga komoditi tertentu di pasar tradisional ternyata malah lebih mahal dibanding harga di swalayan modern.
“Ya seharusnya di pasar tradisional jauh lebih murah daripada di pasar pasar modern. Tapi tadi saya temukan harga telur di sini (Pasar Jatingaleh) lebih mahal. Di pasar tradisional harga telur 28.000 per Kg. Sementara, di modern hanya 25.000 per Kg,” katanya didampingi Wakil Wali Kota Iswar Aminuddin.
Agustina tidak menampik jika harga Rp28.000 ini tergolong tinggi. Dari hasil perbincangan dengan pedagang, diketahui memang di Pasar Jatingaleh sudah menjadi kelaziman ada hari tertentu dengan harga mahal dan ada hari lain yang mematok harga murah.
“Nah di sini tadi ceritanya kan ada hari Jumat ya bisa Rp25.000, bagi para pembeli untuk mencari mau yang murah. Hari tertentu jadi mahal, fluktuaktif,” ungkap dia.
Atas mahalnya harga ini, dia memastikan jajarannya akan aktif memantau. Bila semakin mahal, maka pihaknya akan melakukan intervensi.
“Pemantauan harus dilakukan kembali dan intervensi dari pemerintah harus dilakukan untuk menjaga supaya tidak terjadi lonjakan harga yang akan mengganggu kebutuhan masyarakat. Karena ini harganya sudah mahal,” sambung dia.

Bazar Ramadan
Sementara itu, terkait kebutuhan bahan pangan jelang Idul Fitri, Pemkot Semarang menggelar bazar Ramadan di Balai Kota Semarang 25-26 Maret 2025.
Wali Kota Agustina mengatakan kegiatan ini dalam rangka membantu masyarakat menyiapkan kebutuhan jelang Idul Fitri.
Ada sekitar 2.800 paket sembako yang disediakan puluhan UMKM mitra Pemkot Semarang. Sebagian dibagikan gratis, sebagian lain ada yang dijual dengan sistem tebus murah.
“Dinas Perdagangan selama beberapa kurun waktu yang cukup lama menghimpun berbagai macam pengusaha maupun kantor yang bisa kita jangkau. Lalu kita kumpulkan untuk menyediakan berbagai macam kebutuhan menjelang lebaran. Ada juga yang gratis, tadi dari berbagai macam seperti kantor BPJS dan dari beberapa toko, serta beberapa hotel. Ada yang gratis tapi selebihnya masyarakat membeli dengan harga yang murah,” bebernya.