Semarang – INFOPlus. Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyoroti kasus pembacokan yang dilakukan gerombolan gangster yang mengakibatkan seorang mahasiswa asal Jepara meninggal dunia.
Wali Kota Semarang yang akrab disapa Mbak Ita ini menyayangkan ulah para gangster atau biasa disebut gerombolan kreak tersebut.
Dirinya menyebut jika perlu pendidikan karakter untuk membentuk pribadi anak-anak agar mereka tidak melakukan tindakan yang tidak semestinya.
“Tentunya kembali lagi, inilah pentingnya pendidikan karakter bagi pelajar di Kota Semarang,” ujar Mbak Ita, Rabu (18/9).
Melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang, pemerintah kota ingin memberikan penguatan karakter kepada anak didik, khususnya kepada pelajar di sekolah swata. Mengingat untuk sekolah negeri sudah diintensifkan hal tersebut.
“Pendidikan karakter itu penting. Kami akan berupaya memberikan penguatan karakter dengan mengumpulkan kepala sekolah swasta, kalau di negeri kan sudah ada. Karena pendidikan itu selain secara akademis namun juga perlu pendidikan karakter,” imbuh Mbak Ita.
Selain pendidikan karakter, kata Mbak Ita, anak-anak juga perlu pengetahuan hukum agar mereka tidak mudah melakukan tindakan melanggar hukum atau bahkan sampai pidana.
“Kita juga akan menjalin sinergitas dengan kepolisian. Nanti akan ada rapat dengan Forkopimda membahas tentang persoalan ini,” jelasnya.
Mbak Ita juga meminta penegak hukum bisa mengungkap kasus gangster tersebut, artinya segera menangkap memproses hukum para pelaku.
Di sisi lain, juga bersinergi dengan kepolisian memberikan penyuluhan hukum. Pihaknya mendorong penegakan hukum agar ada efek jera bagi pelaku tindak pidana. Termasuk bagi gerombolan gangster yang berisi anak-anak dan remaja yang menimbulkan keresahan warga beberapa waktu terakhir.
Sebelumnya, mahasiswa Udinus asal Jepara, Muhammad Tirza Nugroho Hermawan meninggal dunia usai jadi korban salah sasaran gerombolan pemuda tak dikenal yang diduga gengster di kawasan Sampangan, Selasa (17/9) sekira pukul 03.00 WIB.
Ia tewas mengenaskan di tempat usai dibacok dua pemuda dari rombongan kreak tersebut. Para pelaku penganiayaan sebelumnya terlibat keributan dengan kelompok lain dan mengira korban bagian dari lawannya. []