Semarang – INFOPlus. Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita nobar film Sundul Langit bersama puluhan penyandang disabilitas. Bentuk perhatian Pemkot Semarang bagi warganya yang berkebutuhan khusus.
Nobar atau nonton bareng film Sundul Langit Mbak Ita dengan penyandang disabilitas digelar di lantai 8 Gedung Moch Ichsan, kompleks Balai Kota Semarang, Kamis (5/9). Kegiatan tersebut sekaligus menandai pemutaran perdana film tersebut.
Mbak Ita mengatakan Sundul Langit merupakan film pertama di Indonesia yang bisa dinikmati oleh penyandang disabilitas.
Dengan pemutaran flm ini menjadi bagian ikhtiar Pemkot Semarang untuk mendukung penyandang disabilitas agar memiliki hak yang setara dengan masyarakat umum.
“Kami memberi tempat untuk pemutaran film di balai kota. Ini jadi satu bukti bahwa anak-anak berkebutuhan khusus bisa melihat film,” kata dia.
Film layar lebar ini adaptif bagi penyandang tuna netra maupun tuna rungu. Sehingga mereka bisa menikmati film tersebut. Bahkan ada alat bantu tertentu yang bisa membantu disabilitas menikmati film.
“Misal, tuna netra ada audio. Yang tuna rungu, sudah ada teksnya. Bagi kita sulit, tapi bagi mereka suatu hal yang menyenangkan,” ujarnya.
Mbak Ita berkomitmen terus meningkatkan kesetaraan hak serta meningkatkan sarana prasatana bagi penyandang disabilitas.
Di antaranya, Pemkot Semarang saat ini sedang merenovasi gedung aula balai kota dengan konsep ramah disabilitas. Gedung aula balai kota akan dibangun rata sehingga memudahkan disabilitas dalam berkegiatan.
“Ini jadi upaya kita ramah tidak hanya lansia dan anak, tapi juga ramah disabilitas,” imbuhnya.
Ketua Himpunan Masyarakat Inklusi Kota Semarang (Himiks), sekaligus sutradara Film Sundul Langit, Basuki mengatakan, film yang digarapnya bertujuan untuk menunjukkan jika disabilitas juga bisa menikmati tayangan film dengan cara mereka sendiri.
Bagi tuna netra, mereka mengandalkan audio suara, sementara bagi tuna rungu bisa menikmati film dengan melihat adegan dan membaca subtitle yang ada pada film.
Ditambahkan, saat ini Kota Semarang sudah semakin baik dalam hal penyetaraan hak bagi penyandang disabilitas.
“Hari ini trotoar ada, dulu saya nabrak bahkan ditabrak. Dulu naik bus susah, sekarang alhamdulillah sudah ada BRT. Semarang sekarang jauh lebih baik. 2009 menginisiasi inklusi, alhamdulillah sekarang banyak yang mau nerima,” kata Basuki.
Meski demikian, ia mengakui jika hingga saat ini gedung bioskop dinilai masih belum ramah disabilitas. Pemutaran film di bioskop masih belum bisa dinikmati oleh kalangan difabel. Karena itu, Himiks menginisasi untuk memberikan film yang bisa adaptif terhadap tuna netra dan tuli.