Semarang – INFOPlus. Pemkot Semarang menerima penyerahan aset Rumah Apung Tambaklorok dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Selasa (28/5).
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menerima secara simbolis aset Rumah Apung Tambaklorok. Penyerahan dilakukan oleh Kepala Balai Geoteknik, Terowongan dan Struktur Kementerian PUPR, Panji Krisna Wardana.
Dalam kesempatan itu, Mbak Ita sapaan Wali Kota Semarang meminta untuk warga bisa memanfaatkan aset tersebut. Namun ia juga mengingatkan agar warga ikut merawat dan menjaga aset bangunan tersebut.
Mbak Ita menjelaskan, Rumah Apung Tambaklorok telah rampung dibangun dan diresmikan pada tahun 2016. Hanya saja memang terkait perawatan dan maintenance masih di bawah kewenangan Kementerian PUPR.
Saat ini, setelah asetnya diserahkan Pemkot Semarang, Rumah Apung ini sudah menjadi kewenangan dari Disperkim Kota Semarang. Ke depan Mbak Ita juga telah meminta dilakukan penataan dan penambahan untuk kebutuhan fasilitas di Rumah Apung Tambaklorok. Termasuk upaya-upaya digitalisasi, seperti pemasangan wifi dan lainnya.
“Sejak dibangun 2016 tidak ada perubahan mendasar, paling ada sedikit. Setelah diserahkan, kini harus dipercantik karena ini masih kosong, hanya ada di atas fasilitas perpustakan. Sekarang kan sudah zaman digitalisasi, sehingga saya minta pertama ada wifi, karena di sini paling yang datang anak-anak,” ujarnya.
“Kemudian kedua, juga perpustakaan jangan hanya disediakan buku saja, tapi bisa digitalisasi, pakai Si Booky jadi baca pakai softfile yang ada 3000 judul e-book,” lanjutnya.
Kemudian Rumah Apung Tambaklorok juga bisa digunakan untuk pertemuan warga seperti arisan, sosialisasi program, atau kegiatan sosial, dan pengajian. Mbak Ita berharap, hal ini bisa membuat menjadi terintegrasi dengan destinasi wisata, bahkan menjadi wisata bahari.
“Saya minta juga untuk maksimalkan. Saya juga akan melihat untuk perencanaan Bapeda, pasar (di sekitar Rumah Apung) itu dibagusin. Tapi saya cek dulu aset pasarnya apa sudah diserahkan ke Pemkot, karena kalau belum tidak bisa. Karena kita bercita-cita kayak Muara Karang atau Muncar Banyuwangi itu, kan sederhana sekali tempat-tempat yang bisa menarik wisatawan. Misal dengan beli ikan dan makan di sini atau bisa mendapatkan hasil kerajinan dari kerang, tulang ikan. Ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata bahari,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Balai Geoteknik, Terowongan dan Struktur KemenPUPR, Panji Krisna Wardana menerangkan, pembangunan Rumah Apung dari struktur, rangka hingga atap, menelan anggaran sekitar Rp 1 miliar. Bangunan ini memang dirancang untuk mengikuti elefasi air dan anti gempa.