Semarang – INFOPlus. Kota Semarang berhasil minimalkan risiko genangan air di tengah sergapan banjir yang melanda sejumlah daerah di Jawa Tengah. Apa kunci suksesnya?
Sebagai wilayah pesisir yang memiliki potensi banjir cukup besar akibat limpasan air dari kawasan hinterland, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengajak masyarakat untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dan mendukung upaya pemerintah.
Banjir dan luapan air yang melanda sejumlah wilayah seperti Kendal, Grobogan, Pekalongan dan wilayah pesisir lainnya di Jawa Tengah juga menjadi pengingat akan pentingnya mitigasi bencana di Kota Semarang
“Kami turut berempati atas bencana banjir yang terjadi di wilayah-wilayah tetangga. Kita doakan mudah-mudahan musibah ini lekas berakhir dan berharap kondisi serupa tidak terjadi di Kota Semarang. Ke depan, kita harus tetap waspada, terus berkoordinasi dan menjaga kebersihan lingkungan termasuk dalam melakukan pemeliharaan kebersihan saluran serta perbaikan infrastruktur,” beber Mbak Ita, sapaannya, lewat keterangan tertulis Kamis (23/1).
Upaya kolaboratif dan terpadu dalam antisipasi dan penanggulangan banjir terus dimaksimalkan wali kota bersama seluruh stakeholder seperti Dinas Pekerjaan Umum (DPU), BBWS Pemali Juana, dan berbagai pihak terkait.
Mbak Ita juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat, seperti tidak membuang sampah sembarangan, yang menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam mengurangi risiko banjir. Dengan langkah pro aktif, terpadu dan perencanaan adaptif, diharapkan risiko banjir di Semarang dapat diminimalkan.
Kepala DPU Kota Semarang, Soewarto mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan langkah mitigasi strategis untuk menghadapi cuaca ekstrem.
Ia mengungkapkan, Kota Semarang mengalami hujan ekstrem dengan curah lebih dari 300 mm pada 11–12 Desember 2024 lalu, jauh melebihi kategori hujan ekstrem, yakni lebih dari 150 mm/hari.
Meski demikian, berbagai langkah mitigasi dari Pemkot Semarang berhasil mencegah banjir di beberapa wilayah rawan, seperti Tlogosari, Woltermonginsidi, dan Muktiharjo Kidul. BMKG memperkirakan cuaca ekstrem berlanjut hingga Maret 2025.
“Beberapa yang telah dilakukan adalah normalisasi Kali Tenggang dan peninggian jembatan Nogososro untuk memperlancar aliran air ke Sungai Tenggang, peninggian Jalan Woltermonginsidi guna mencegah genangan serta pemasangan U-Ditch di Muktiharjo Kidul untuk meningkatkan kapasitas saluran air,” urai Soewarto.
Lebih lanjut, tim DPU juga melakukan optimalisasi pompa air di titik-titik rawan genangan untuk memastikan aliran air terkendali.