Keprihatinan Wali Kota Semarang di Kasus KDRT Sendangguwo

oleh
Wali Kota Semarang Mbak Ita berkunjung ke rumah korban KDRT di Sendangguwo. (Foto: Ist)

Semarang – INFOPlus. Kasus KDRT di Sendangguwo, Kecamatan Tembalang mengundang keprihatinan bagi Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu. Pemkot Semarang akan bantu perekonomian keluarga korban KDRT.

Keprihatinan Mbak Ita, sapaan Wali Kota Semarang, terlihat saat ia mengunjungi langsung rumah korban meninggal sekaligus tempat kejadian KDRT di Sendangguwo, Senin (28/8). Ia menyatakan anak-anak korban bakal mendapat pendampingan guna memulihkan mental mereka.

Orang nomor satu di jajaran Pemkot Semarang inipun menyayangkan tindakan kekerasan suami, YBZ (34), yang memicu meninggalnya sang istri, AA (22). Ita meminta tindak pidana YBZ diproses hukum.

“Langkah pertama si suami harus diproses hukum karena sudah menghilangkan nyawa istrinya. Anak-anaknya juga akan didampingi tim psikolog dari RDRM (Rumah Duta Revolusi Mental) karena si anak menyaksikan kejadian tersebut,” ujar Ita lewat siaran pers, Selasa (29/8).

Tak hanya pendampingan mental bagi anak-anak keluarga KDRT, Pemkot Semarang juga berinisiatif membantu dari sisi perekonomian. Mengingat saat ini anak-anak tersebut kehilangan orang tua yang jadi tulang punggung ekonomi keluarga. Si ayah masuk penjara dan sang ibu meninggal dunia.

“Karena memang kondisi ekonomi, kami juga sudah meminta kepada Pak Camat, kepada Bu Lurah untuk segera menangani kebutuhan-kebutuhan baik anaknya, karena ada yang sudah sekolah, maupun juga dari keluarganya. Karena saya juga dapat informasi, korban anak tunggal. Ini yang kita perlukan bagaimana penanganannya,” tutur dia.

Selanjutnya, Mbak Ita mengimbau dan mengajak perempuan-perempuan yang mengalami KDRT agar tidak takut melaporkan kejadian yang dialami kepada pihak kepolisian. Wali kota perempuan pertama di kota Semarang tersebut kembali menegaskan bahwa dirinya akan terus bersama dengan perempuan-perempuan yang mengalami KDRT.

“Kami juga minta kepada para perempuan, agar bisa menyuarakan kalau terjadi KDRT laporkan. Kita ada di belakang ibu-ibu semua, para perempuan. Sehingga tidak ada seperti ini, karena kalau terjadi kasihan anak-anak yang ditinggalkan, kasihan keluarganya. Harapannya tidak akan terjadi lagi penganiayaan,” tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, AA ditemukan kerabat meninggal dunia di kamar rumah di Sendangguwo Selatan RT 15 RW 2, Kelurahan Sendangguwo, Tembalang, Kota Semarang, Senin (29/8) dini hari sekira pukul 03.00 WIB. Ditemukan sejumlah luka serta lebam di kepala dan tubuhnya.

Sebelum dianiaya, YBZ dan AA terlibat cekcok yang diduga bermotif cemburu. Selama ini AA kerap mendapat kekerasan namun enggan melapor ke polisi karena takut terhadap suaminya.